Dreaming Out Loud

Cikarang, 22 Maret 2009


Suatu hari, teman baikku pernah bilang seperti ini, “Pras, kayaknya lu butuh liburan panjang deh.” Entah temanku yang satu itu punya indra keenam atau kemampuan berpikirku yang semakin lemah, sarannya tepat sasaran. Jujur aku nggak pernah bisa lepas dari kehidupan keduaku ini. Kehidupan kerja dengan segala hal yang rumit. Kehidupan yang memaksaku menjadi dewasa. Kehidupan dimana segala sesuatu yang kecil bisa menjadi besar. Sebenarnya aku bisa saja keluar dari kehidupan itu tapi sayangnya aku masih belum punya kesempatan. Huh! Anyway, aku jadi memikirkan perkataan temanku itu. Pas sikat gigi. Pas lagi cuci piring. Pas lagi ada kesempatan bengong di kantor karena atasan lagi meeting. Benar juga sih. Liburan panjang itu menyenangkan dibandingkan dengan pekerjaan yang kayaknya nggak pernah habis-habis. Walaupun sudah browsing-browsing tempat liburan seru di luar negeri, keinginan itu belum terpuaskan. Of course! We need real adventure. Disesuaikan dengan budget, akhirnya aku memutuskan liburan panjang di kota tercintaku. Bandung! Yeah right!You’re so creative Pras! Nah, Bandung adalah kehidupan pertamaku. Bandung adalah tempat meditasiku. Yah, karena keterbatasan uang, aku lebih banyak ada di rumah. Hey!Don’t judge me too early. It doesn’t mean I’m wasting my time on holiday. Biasanya kalo nggak update informasi soal film, musik dan teknologi bareng adikku, aku lebih sering nulis dan browsing situs favoritku. Positif kan?!Udara Bandung yang seger bikin aku dapet banyak inspirasi dan klo udah gitu banyak hal-hal gila muncul di kepala. Apalagi kalau kerjanya sambil dengerin musik. Pernah suatu kali, aku muterin lagunya One Republic yang Apologize. Lagu itu emang udah lama dan sering diputer dimana-mana. Tapi bukan itu yang bikin aku makin sering berpikir. Aku baru tahu kalau judul albumnya Dreaming Out Loud. Aku suka banget kata-kata itu. Sampai rasanya pengen aku sablon di kaos dan aku pakai kemana-mana. Aku jadi teringat sama mimpi-mimpi aku di kehidupan pertamaku dulu. Mimpi yang kadang-kadang aku ingat di kehidupan keduaku. Dan jujur itu malah bikin aku stres. Dengan mimpi-mimpi dan pikiran gilaku yang sudah kembali (hehehe...), aku nggak tertarik untuk kembali ke kehidupan keduaku. Terlalu banyak yang pengen aku lakuin sampai rasanya nggak cukup 1 hari itu cuman 24 jam. Hiperbol berat ya?! Tapi aku bersedia tidak tidur berhari-hari untuk mencapai mimpi-mimpi itu daripada aku harus kembali ke kehidupan keduaku. Aku waktu itu marah karena aku harus melalui kehidupan keduaku. Kenapa aku nggak tetap di Bandung saja mengejar mimpi-mimpiku? Kenapa harus tempat ini? Kenapa harus kehidupan ini? Kehidupan ini merusak jiwa dan pikiranku. Kenapa!!
...................................................................
.......................................................................
.......................................................................
Setelah emosiku mulai reda, aku jadi bisa berpikir. Tidak pernah ada yang sia-sia. Dan aku jadi ingat email yang dikirim salah satu temanku. Saat ini mungkin kita berpikir kehidupan yang kita lalui buruk dan tidak sadar ada kehidupan yang jauh lebih baik sesudahnya. Sesuatu yang baik itu harus diperoleh dengan kerja keras dan lebih banyak nggak enaknya. Aku tahu kehidupan yang lebih baik itu sudah ada di depan mata. Tapi karena aku terlalu sibuk mengeluh, aku jadi tidak fokus dan kehilangan banyak waktu penting di kehidupan keduaku. Kerjaku saat ini tidak buruk, bahkan membangun karakterku dengan baik. Jadi kenapa harus marah-marah kalau itu adalah awal dari mengejar mimpiku yang sebenarnya? Aku tidak menyesal melalui kehidupan keduaku tapi aku juga tidak begitu saja meninggalkan kehidupan pertamaku. Hanya harapan dan mimpi yang bisa membuat kita bisa maju. Mimpi-mimpiku yang menjadi alasanku paling kuat saat ini untuk terus bertahan.
Keep those crazy dreams
And say it out loud

Comments