Cintaku di Sepotong Kue Putu

Cintaku di Sepotong Kue Putu

Bentar,bentar...sebelum mencela dan berkomentar tentang judulnya, gua perlu klarifikasi nih. Judul di atas bukan murni ide gua tp gua hanya mengutip, tolong diingat hanya mengutip perkataan temen gua. Memang sih judul diatas rada-rada katro dan lebih cocok jadi judul sinetron kelas 2, tapi entah kenapa menjadi inspirasi untuk tulisan gua berikutnya..hehehehe. Untuk pihak yang merasa disebut, jangan tersinggung ya...

Di malam yang biasa seperti malam-malam sebelumnya, gua lagi online sama temen gua. Gua bertanya pertanyaan biasa;

“Udah makan belum?”

“Udah.”

“Makan apa?”

“Makan kue putu.”

Dan gua ketawa mendengar jawabannya. Ketawa karena jawabannya yang polos dan porsi makan malam yang ga sesuai dengan besar badannya...huahahaha. Dan dengan santainya dia bilang lagi;

“Cintaku di Sepotong Kue Putu.”

Trus dia melanjutkan dengan idenya untuk membuat cerita dengan judul itu. Karena bingung harus berkomentar apa, gua cuman bisa ketawa. Sebenarnya ga ada yang salah dengan ucapan teman gua itu. Tapi tiba-tiba gua jadi berpikir kenapa cinta teman gua ini hanya sebesar kue putu? Kue putu yang hanya berdiameter kira-kira 2 cm dan tinggi 3 cm itu kan kecil sekali apalagi kalau hanya sepotong.

Gua pikir setiap orang punya kadar cinta yang sama.

“Ya, bisa jadi Pras.”

Komentar teman gua yg lain. Temen yang lagi sibuk mencampur mie basonya dengan saos dan sambal sampai kuahnya keruh. Gua rasa komentarnya ga perlu ditanggapi. Mie basonya pasti jauh lebih penting ketimbang omongan gua.

Bisa jadi teori gua itu bener.

Tapi orang memberikan kadar cintanya berbeda-beda ke setiap orang.

Kira-kira apa ya pertimbangannya?

Ouch!Tangan gua kerasa panas. Rupa-rupanya baso teman gua ini mental saking terlalu antusias dipotong. Melihat tampang teman gua yg meringis sedih, rasanya percuma obrolan ini dilanjutkan.

Rasa cinta itu dimulai dari mana ya? Rasa suka dan sayang? Berarti kalau baru sampai tahap suka dan sayang, kadar cintanya mungkin hanya sedikit.

Berarti kadar cinta yang akan kita terima itu tergantung dari rasa suka dan sayang orang itu.

Kalau begitu, gimana caranya supaya kita bisa mendaptkan kadar cinta yang lebih besar?

“Perhatian Pras.”

Oh, ternyata teman gua ini menyimak.

Tapi percuma saja kalau kita perhatian, belum tentu orang itu akan memberikan kadar cinta yang lebih besar. Karena memberikan cinta itu kan hak prerogatif orang itu.

Lagi pula cintanya itu pasti sudah dibagi untuk orang tuanya, saudaranya, sahabatnya dan bahkan untuk mantan pacarnya. Jadi apa yang tersisa?

“Makanya lu harus kasih perhatian yang lebih besar. Orang kan hanya perlu merasa dihargai dan diperhatikan.”

Belum tentu juga. Ujung-ujungnya malah sakit hati.

“Hehehe.Ya udah nasib lu lah Pras.”

Yah mau apa lagi.

“Tapi kan setidaknya lu masih kebagian sepotong kue putu. Jadi seharusnya lu
bersyukur.”

Temen gua nyengir. Sialan!

Benar juga. Setidaknya orang itu masih peduli ama gua.

Tapi mungkin ga ya kalau ada orang yang tidak membagi-bagikan rasa cintanya kepada siapa pun.

“Mungkin saja.”

Rasanya aneh klo ada orang yang ga mau membagikan porsi cintanya buat orang lain. Kok kesannya egois ya?

“Ya kita kan ga pernah tau apa yang ada di pikiran setiap orang. Mereka pasti punya alasan lah. Jadi jangan memberi kesimpulan seperti itu.”

Wah...sejak kapan teman gua ini jadi bijak. Mie basonya dikasih apa ya?

Cinta itu memang aneh dan membingungkan ya. Tapi gua rasa memberikan rasa cinta itu ga salah. Selagi kita masih punya kesempatan, kenapa ga kita manfaatkan untuk membahagiakan orang lain. Kita pasti jadi jauh lebih bahagia.

Klo kita belum dikasih kesempatan untuk dicintai, kenapa kita ga mencintai?

Karena klo ga, energi cinta ini terbuang percuma.

Gua ga akan pernah ragu untuk memberikan energi cinta gua ke orang yang gua sayang.

Walopun klo dipikir dengan rasio, itu merugikan dan buang-buang waktu.

Karena memberi lebih baik daripada menerima.

Temen gua mengangguk setuju sambil menyeruput jus sirsaknya.

“Btw, kenapa tiba-tiba lu ngomongin cinta sih Pras? Bukannya lu paling anti ya?”

Ga kok. Iseng aja.

“Oh God! Jangan bilang lu lg jatuh cinta. Bisa juga ya lu jatuh cinta?!”

Sialan lu!

Temen gua ngakak.

Comments