Book Review : The Girl On the Train



source : google.com
Halo semuanya…

Posting kali ini berbeda dengan postingan sebelumnya. Kali ini kita akan mereview buku yang aku baca di akhir Des sampai awal Jan. Dari dulu aku suka banget baca buku, dan kebiasaan ini mulai hilang seiring dengan bertambahnya usia, huhuhu. So for this year, I committed to myself to read one book every month. So you will read the book review every month from now.

For now, I will review the book, TheGirl On The Train by Paula Hawkins. Buku ini keluarnya sebenarnya sudah lama, filmnya bahkan sudah keluar di tahun kemarin. Tapi karena suka baca, aku lebih prefer baca bukunya dulu daripada nonton filmnya. Buku ini di-rave setelah buku Gone Girl muncul.  Untuk Gone Girl, aku nonton filmnya karena direkomendasi oleh adik aku. Setelah baru tahu itu diadaptasi dari novel, aku sama sekali ga tertarik untuk baca bukunya. Yah ga mau buang-buang waktu aja. Toh, udah tau ceritanya gimana…hohohoho.

Cerita Gone Girl unik banget, ide ceritanya luar biasa. Jadi harapan untuk buku Girl on The Train ini juga besar karena kalau dari kabar-kabar yang beredar, ceritanya sama serunya dengan Gone Girl. 

Ceritanya tentang seorang cewek bernama Rachel Watson yang setiap hari naik kereta dan dalam perjalanannya melewati kompleks perumahan yang dulu ditinggalinya bersama dengan mantan suaminya. Tapi yang menarik perhatiannya adalah sepasang suami istri yang tinggal lima rumah dari rumahnya dulu. Pasangan itu setiap pagi duduk di balkon sambil menikmati kopi. Dia tertarik karena mengingatkannya dengan masa-masa indahnya dengan mantan suaminya. Pada suatu hari, dia melihat wanita itu dengan pria lain dan sehari sesudahnya, wanita itu menghilang. Rasa ingin tahu yang besar karena terlena dengan cerita indah pasangan itu malah membuat Rachel jatuh dalam masalah besar. Dia dengan kesadaran diri, memberi kesaksian ke polisi dengan harapan bisa membantu. Tapi yang terjadi malah sebaliknya, hanya karena kekurangan fakta, beberapa ucapan Rachel terkadang hanya berupa asumsi atau sekilas ingatan. Akibatnya kesaksian Rache sering berubah dan terkesan mengada-ada. Akhirnya banyak orang tidak percaya dengan ucapannya. Hal ini wajar terjadi, pegaruh alcohol yang besar membuat Rachel sering berbohong tentang kehidupannya, termasuk pada Cathy, teman sekamarnya. Sepanjang cerita Rachel mencoba mengingat-ingat kejadian yang berkaitan dengan kasus itu dan berusaha mencari kepercayaan orang lain.

Ceritanya…biasa aja. Entah ya, mungkin karena ekspektasinya terlalu tinggi atau karakternya kurang kuat. Walaupun akhir ceritanya ga ketebak tapi alur ceritanya terkesan lambat dan kurang ‘menggigit’. Bisa jadi filmnya lebih menarik daripada bukunya. Tapi aku belum tertarik untuk nonton filmnya, hehehe. Hal yang bagus, hanya karakter utamanya yang berhasil dibuat sangat menyedihkan, kesan pecundanya kuat sekali. But, so far, it’s not my favourite novel.

So, sekian review untuk bulan ini. Maaf ya kalau sedikit mengecewakan, because I’m also disappointed for this book.
See you on next book review  

Comments