Langit Malam Itu

source : longwallpaper.com

Hampir sebulan Mama meninggalkanku. Aku resmi menjadi yatim piatu. Minggu pertama aku hanya meringkuk di tempat tidur dengan mata bengkak, tidak mau makan. Tante Ira,teman Mama, khawatir melihatku. Dan disinilah Malik, putranya,menemani aku. Entah sampai kapan. Sampai semuanya membaik, begitu kata Tante Ira. Aku tahu Malik sebenarnya keberatan karena sibuk mengurus karir dan usahanya. Aku mendengarnya beragumen keras dengan Tante Ira. Aku hanya tidak ingin menambah beban orang lain. Akhirnya Malik setuju mungkin karena kasihan. Awalnya Malik berusaha keras menghiburku, sampai akhirnya kami sepakat tidak perlu basa basi. Aku hanya tdk mau sendirian.
Tante Ira menyewa apartemen 3 kamar dan mengijinkan kami tinggal bersama. Pemilik apartemen suda tahu hal itu. Jadi disinilah kami, berbagi kehidupan bersama.

Kami sarapan bersama dan seharian dia akan bekerja di kantor, terkadang sampai malam karena urusan bisnis. Aku? Tinggal di rumah,sesekali menulis blog. Aku masih belum sanggup bekerja full time.

Pagi itu,aku mimpi buruk lagi. Mungkin aku kangen Mama. Aku hy bisa menangis dan Malik memegang tanganku.
"Aku ijin hari ini. Aku akan disini bersamamu."
Aku menatap Malik, " Is that okay ?"
"Yes, no problem. Actually  I have plan to take day off but not sure for what reason. Now I have a good one."
Malik orang baik dan sangat perhatian. Aku heran kenapa dia masih sendirian.
Seharian itu kami hanya duduk di sofa menonton serial TV baru . Aku malas sekali, bahkan tidak niat untuk mandi sekalipun.
"Kamu yakin ga mau mandi ? Nanti malam ga bs tidur lho." tanya Malik sambil menutup hidungnya.
Aku diam,tidak berniat merespon tapi malah bertanya, "Kenapa kamu akhirnya mau menemani aku? Dipaksa Tante Ira ya?"
"Kenapa kamu mengira begitu?"
"Kok malah balik tanya?"
"Awalnya aku sempat keberatan,karena jadwalku yang memang sangat padat. Aku ga yakin bisa bantu banyak. Setelah kucoba ternyata kamu tidak serewel yang aku bayangkan. Apalagi di saat-saat seperti ini kamu pasti butuh teman."
"Makasih ya. Aku bersyukur masih punya Tante Ira dan kamu. Aku blm siap menjalani kehidupan normal lagi."
"Suatu saat kamu harus kembali ke kehidupan normal kamu. Waktu terus berjalan. Jangan lupa dengan impian kamu.”


Impian. Aku sudah lupa apa impian aku dulu. Menulis sebuah buku. Atau keliling dunia. Rasanya semua jadi sia-sia karena aku sendirian sekarang.

“Kamu sendiri, apa impian kamu ?”

“Aku ingin bahagia.”

Aku mengeryit ke arah Malik, “ Klise bgt! Kamu bercanda ah!”

“Aku ga bercanda, aku ingin bahagia dengan apapun yang aku kerjakan dan bersama siapa aku nanti.”

Malik menatap kosong ke keluar jendela yang sekarang dihiasi lampu-lampu malam. Bintang tidak muncul malam ini, mungkin malu dengan lampu yg bersinar terang di bawah.”

Aku tergoda untuk bertanya, “Apakah kamu sekarang bahagia ?”

Hening. Malik tidak menjawab dan tidak juga mengalihkan pandangan.

Malik bangkit, menarik tanganku, “Ayo kita keluar. Aku ingin merasakan angin malam.”
Aku kaget dengan tarikan tangannya tapi tidak menolak. Pintu kaca dan digeser dan seketika angin malam menyambut kami. Udaranya benar-benar segar. Aku menutup mata sejenak dan menikmati angin malam itu. Sekilas aku melirik Malik dan melihat dia melakukan hal yang sama.

Bahagiakah dia ?
Dulu iya, sekarang mungkin tidak.
Apakah karena ada aku ?

to be continued....



Comments