Sejak masa pandemi ini, jadi punya banyak kesempatan untuk mulai membaca buku lain. Dulu kita bisa langsung jalan ke toko Gramedia & pilih buku favorit. Sekarang sudah nggak bisa bebas keluar lagi, jadi harus smart cari cara lain untuk beli buku. Toko online adalah solusinya. Cara lain adalah dengan beli versi digital. Beli online & digital jadi lebih mudah mencari buku dengan genre lain. Buku ini novel dengan latar belakang politik tapi dilihat dari sisi humanitas. Serunya lagi ini adalah buku digital pertama aku. Judulnya Laut Bercerita karya Lela S. Chudori. Kita langsung ke sinopsis dan reviewnya ya..
Baca Juga : Pengalaman Pertama Baca Buku Digital Gramedia Ebook & Digital
Sinopsis
Jakarta, Maret 1998
Di sebuah senja, di sebuah rumah susun di Jakarta, mahasiswa bernama Biru Laut disergap empat lelaki tak dikenal. Bersama kawan-kawannya, Daniel Tumbuan, Sunu Dyantoro, Alex Perazon, dia dibawa ke sebuah tempat yang tak dikenal. Berbulan-bulan mereka disekap, diinterogasi, dipukul, ditendang, digantung, dan disetrum agar bersedi menjawab satu pertanyaan penting : siapakah yang berdiri di balik gerakan aktivis dan mahasiswa saat itu.
Baca Juga : Book Review, The Girl On the Train
Review
Cerita ini berlatar belakang tahun 1998. Mungkin buat generasi milenial, cerita ini agak asing tapi sekaligus bisa menjadi pelajaran sejarah dari sisi aktivis. Cerita ini berlatang belakang masa reformasi yang dikemas ringan & mudah dipahami. Ada dua tokoh penting dalam cerita ini, Biru Laut dan adiknya Asmara Jati.
Kisah Biru Laut tentang latar belakangnya tertarik menjadi aktivis, menempuh kuliah & akhirnya menemukan sekelompak orang dengan misi yang sama. Perjalanan mereka untuk aktivitas demo, menghindar dari tentara & menyewa tempat tersembunyi menjadi base camp mereka. Dari sisi Asmara Jati, kita diajak menjadi bagian dari keluarga aktivis. Melihat sisi Biru Laut menjadi seorang kakak & putra satu-satunya.
Setiap kejadian diceritakan dengan detail, khususnya saat interogasi & penyiksaan. Kalau cerita tentang penyiksaan harusnya ngeri & merinding ya. Tapi perasaan yang dominan adalah sedih, bahwa ada sekelompok orang yang rela mengalami pengalaman mengerikan itu demi kebaikan negaranya sendiri. Hanya baca tapi sudah merasa nggak tahan. Dari sisi Asmara Jati, ceritanya nggak kalah sedih. Kita jadi tahu perasaan Bapak, Ibu & Asmara Jati sebagai bagian dari resiko aktivitas Biru Laut.
Menurut aku ceritanya bagus banget. Kita diajak melihat sisi lain dari sebuah tragedi reformasi. Temanya serius tapi sangat enak dibaca karena alurnya yang mengalir teratur. Selama membaca buku ini, aku merasa sedih, tertekan & nggak tega. Ceritanya nggak monoton tentang kisah Biru Laut tapi juga kisah Bapak & Ibu Biru Laut. Bagian ini aku merasa sedih banget lho. Jujur nggak tega, malah jadi kangen Bapak Ibu sendiri karena terasa banget kedekatan Biru Laut dengan keluarga. Trauma para aktivis yang tertangkap juga diceritakan disini. Makin berasa sedih.
Buat kamu yang merasa ingin tahu kisah masa-masa reformasi dari sudut padang lain, buku ini recommended banget. Bagus sekaligus menyentuh.
Happy reading & stay safe...
Kesan pertamaku saat melihat buku ini, monoton dan serius. Ternyata sepertinya alurnya mengalir, enak untuk dinikmati. Jadi berminat untuk membacanya. Terimakasih review nya kak.
ReplyDeleteIya kak. Ceritanya bagus. Udah ada di gramedia lho.
DeleteHai! Buku ini memang bagus banget buat yang mau belajar sejarah tahun 98 tapi nggak bikin bosen. Aku juga sudah buat reviewnya loh, bisa lihat di blog aku yaah. Terima kasih reviewnya^^
ReplyDeleteHalo kak..makasih sdh mampir :)
Delete